Di tengah era
globalisasi yang serba digital saat ini
informasi mudah tersebar melalui media sosial padahal belum jelas validitasnya.
Berbagai berita dengan cepat diviralkan sehingga tidak jarang menimbulkan
keresahan atau kepanikan. Bangsa yang sudah literat tidak akan mudah diadu domba dan termakan oleh hoax. Negara-negara dengan budaya
literasi yang tinggi, unggul dalam persaingan global, terutama dalam penguasaan
IPTEK, kehebatan ekonomi serta sukses dalam persaingan pasar kerja. Hasil the Programme for International Student
Assessment (PISA) tahun 2018 pada kategori kemampuan sains Indonesia berada
di peringkat ke-73 dan ke-71 dari ke 79 negara partisipan PISA dengan skor
rata-rata 389 sedangkan skor rata-rata OECD sebesar 489. Menjadi PR besar bagi
Kemendikbud Ristek untuk memberikan edukasi kepada masyarakat betapa pentingnya
literasi.
Kepala Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan
Alam (P4TK IPA) dalam acara penutupan Diklat Sainspreneur bagi Guru IPA SMP
Kota Cimahi di Simply Valore Hotel (9/11/2021) memaparkan bahwa hal ini
disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar siswa. IPA selama ini dianggap
sebagai sastra karena konsep-konsepnya lebih sering disampaikan dengan
menggunakan metode ceramah. Akibatnya IPA (sains) menjadi kurang menarik dan
menyenangkan. Padahal menurut Cain dan Evans (Rustaman et al., 2003) sains
sejatinya memiliki empat dimensi yaitu proses (metode ilmiah), produk, sikap,
dan teknologi. Agar sains menjadi menarik dan menyenangkan hendaknya sains
dipelajari melalui proses (metode ilmiah).
Pada Diklat
Sainspreneur bagi Guru IPA SMP di Kota Cimahi para guru diedukasi agar sains
dapat menjadi bekal hidup bagi siswa di masa depan, maka sains dikombinasikan
dengan entrepreneurship (kewirausahaan) menjadi sainspreneur. Sainspreneur
adalah penggunaan konsep-konsep sains untuk membuat produk yang dapat menambah
penghasilan. Produk sainspreneur dirancang untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk membelajarkan siswa membuat produk
sainspreneur guru dapat menggunakan pendekatan STEM (science, technology, engineering, and mathematics) dengan
model pembelajaran PjBL (project based
learning). Di kegiatan Diklat
Sainspreneur ini guru-guru difasilitasi untuk membuat produk sainspreneur untuk
memecahkan permasalahan lingkungan di Kota Cimahi. Adapun permasalahan
lingkungan yang mendesak untuk dicarikan solusinya meliputi ketersediaan air
bersih, banjir, sampah/limbah, kemacetan, serta ketersediaan lahan terbuka
hijau.
Selanjutnya guru-guru
IPA SMP sebagai alumni diklat diharapkan dapat mendiseminasikan hasil diklat
dan melaksanakan kegiatan pembelajaran sainspreneur baik di kegiatan
ekstrakurikuler IPA maupun di kegiatan intrakurikuler atau kokurikuler. Selain
Diklat Sainspreneur yang diikuti sebagian besar Guru Sains masih ada sebagian lagi juga telah mengikuti mata
diklat seperti STEM, Pembinaan Ekstrakurikuler dan Computational Thinking.
Sebagai Realisasi Rencana Tindak Lanjut dari diklat, maka MGMP IPA Kota Cimahi dibawah naungan Dinas Pendidikan Kota Cimahi menyelenggarakan rangkaian acara Festival ini untuk dapat mendiseminasikan sainspreneur dan STEM kepada sesama guru, siswa dan masyarakat juga untuk mempublikasikan dan mempromosikan produk sainspreneur yang sudah dibuat.
Bentuk kegiatan ini akan dilaksanakan dalam berbagai rangkaian acara yang dikemas dalam bentuk pelatihan berpola In-On-In dengan jumlah jam diklat 33 jam, diikuti oleh seluruh Guru IPA Kota Cimahi yang acara puncaknya berbentuk Festival dalam moda Daring dan Luring. Pada Moda Luring akan diadakan Festival atau pameran Produk Sainspreneur hasil kerja guru bersama siswa dalam Tim kolaborasi sekolah.
Kegiatan In Service Training 2.a. yaitu pameran produk sainspreneur dan STEM design secara daring dilaksanakan pada Kamis, 27 Januari 2022 melalui zoom meeting dan live streaming di channel youtube MGMP IPA Kota Cimahi.